Nyong-e

Tentang Kami

Kaos Dablongan Banyumasan adalah produk kaos sablon yang diproduksi oleh kelompok usaha berbasis komunitas KUBE TEKEN-TEKUN-TEKAN yang berdomisili di wilayah barat kabupaten Banyumas tepatnya di desa Pandansari 02/05 Ajibarang Banyumas.  Di bawah binaan Karang Taruna Mikul Duwur Mendem Jero desa Pandansari, KUBE TEKEN-TEKUN-TEKAN mencoba menyalurkan “hobi masa kecil” anggota-2nya sebagai sebuah usaha berupa kaos khas daerah Banyumasan.
Awal didirikannya usaha ini adalah ide dari beberapa anak muda yang asyik nongkrong di depan warung-nya Kang Sidik, membahas fenomena2 bahasa Banyumasan yg sering kali dibuat lucu-2an di acara humor di-TV dan mengesankan kalo bahasa Banyumas itu identik dengan golongan masyarakat bawah.  Padahal (tanpa mengesampingkan bahasa-2 daerah lainnya) Bahasa Banyumas (menurut) beberapa pendapat adalah merupakan bahasa tertua di pulau Jawa.  Hal ini ditandai dengan vokal “A” tetap di baca “A”, konsonan “K” tetap keluar bunyi “K”-nya (ga dimatiin “K-”nya).  Selain itu, dari warga Banyumasan-nya sendiri, kadang sering kali malu menggunakan bahasa Banyumas sebagai komunikasi.  Misalnya saja, ada anak dari daerah Banyumas kuliah di daerah lain yang tidak menggunakan bahasa Banyumas sebagai komunikasi sehari-2, mereka akan lebih “enjoy” kalo mereka “menyembunyikan” bahasa/dialek banyumasan-nya.
Hal ini tentu saja sangat ironis.  Disaat huruf Jawa yang mulai terlupakan, bahasa Banyumasan-pun nyaris bernasib sama seperti huruf Jawa yang orang Jawa sendiri bisa dihitung dengan jari siapa saja yg lancar membaca/menulis huruf Jawa.  Anak-2 Dablongan sendiri terinspirasi oleh orang Jepang yang bisa mengimbangi kemajuan teknologi tanpa menelantarkan budaya sendiri.
Nah, karena melihat kondisi anak2 Dablongan yg dari kelas “biasa2″ saja, maka dirancanglah sebuah desain kaos khas Banyumasan dengan salah satu misi, mengangkat kembali budaya Banyumasan ke tempat-nya semula, paling tidak menghilangkan kesan kalo bahasa Banyumasan itu bahasanya orang …… begini lah ….. begitu lah ….. ndesa-lah dll (seperti yg selama ini sering kita lihat di acara2 lawak di TV).  Selain itu usaha ini juga diharapkan dapat memberdayakan kembali anak-anak muda yang pernah mengkonsumsi narkoba.
Selain menyuguhkan ungkapan-ungkapan dalam tradisi lisan banyumas, Kaos Dablongan Banyumasan juga tak jarang mengetengahkan tema isu-isu lokal maupun nasional yang sedang hangat di masyarakat.
Untuk modal awal usaha-nya, masing2 anggota (total ada 6 anggota) dikenakan iuran 600 ribu yang dicicil selama 10 bulan.  Dengan model awal pemasaran door to door dari rumah ke rumah ataupun “gelaran” dipinggir jalan.  Untuk sekarang ini, sudah ada beberapa pihak yang ikut memasarkan produk kaos Dablongan Banyumasan, diantaranya di daerah Cilacap dan Purbalingga (di galeri Batik dan outlet Deskranasda di objek wisata OWABONG).
Impian anak2 Dablongan adalah menjadikan kaos Dablongan Banyumasan sebagai salah satu ciri khas daerah BANYUMASAN yang minimal “nantinya” akan ada pemikiran ….”belum lengkap rasanya kalo ke daerah “ngapak-ngapak” belum beli kaos Dablongan.  Selain itu, dengan menonjolkan ciri khas “Banyumasan-nya” diharapkan bahasa Banyumas bisa populer lagi (paling tidak) di kalangan “orang Banyumas” itu sendiri.  Tentu saja impian ini bagi anak Dablongan sangatlah berat, mengingat ….. ya itu tadi kondisi perekonomian anak-anak Dablongan ….. tapi demi impian itu, anak-anak Dablongan mencoba berpegang teguh kepada pepatah ….”Sapa Sing Telaten …Bakal Nemoni Kemukten” (siapa yg ulet bakal mendapatkan kesuksesan).
http://republikdablongan.blogspot.com/